Monday, July 20, 2009

rafting

Ada satu doktrin bagi para pengarung jeram yang harus dicamkan benar-benar: Jangan pernah mengarungi bagian sungai yang kita belum pernah melihatnya. Buat para pemimpin perjalanan pengarungan sungai, parameter bisa mengintai jeram adalah harus bisa menentukan di mana saja titik-titik berbahaya di sungai tersebut, menentukan arus mana yang akan dipilih, dan juga bisa memutuskan daerah-daerah mana saja yang bisa dijadikan titik evakuasi dan titik dilakukannya pengintaian jeram.

Ada beberapa faktor yang menentukan para pengarung jeram melakukan pengintaian jeram. Biasanya kemampuan tim dan kepiawaian pemimpin perjalanan menjadi dasar dilakukannya pengintaian jeram (scouting). Buat tim yang kurang berpengalaman, bisa jadi mereka melakukan pengintaian jeram dari pinggir sungai di jenis sungai kelas III. Tapi buat para pengarung jeram berpengalaman di sungai-sungai berkelas III, mereka kadang hanya melakukan scouting dari atas perahu saja.

Daya pandang di sungai juga menjadi satu faktor penting dilakukan pengintaian. Di sungai berkelok dan banyak patahan biasanya dlakukan lebih banyak pengintaian jeram dari pinggir sungai. Tapi untuk sungai berjenis continuous (berjeram sambung-menyambung) dengan penampang terbuka biasanya hanya dilakukan pengintaian dari atas perahu saja.

Banyak teknik yang bisa dilakukan dalam mengintai jeram. Yang pertama mengintai dengan tetap berada di atas perahu. Biasanya ini dilakukan di bagian sungai yang flat (datar) dan hanya berjeram kelas II saja. Atau disungai dengan arus jelas kelihatan hingga keseluruhan anggota tim bisa melihat dan melewati sesuai dengan keinginan.
Ada juga teknik mengintai dengan memelankan laju perahu dan melakukan sedikit manuver. Di bagian sungai yang agak berarus deras dan mulai berjeram agak besar. Biasanya dilakukan usaha untuk lebih melambatkan laju perahu dengan melakukan dayung mundur. Ini berguna agar pemimpin perjalanan bisa punya waktu untuk memilih jalur mana yang akan ditempuh.

Ada juga teknik pengintaian dengan cara berpindah dari satu eddies (pusaran air) ke eddies berikutnya. Biasanya banyak pusaran air dipinggir sungai yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan scouting. Berpindah dari satu pusaran air ke pusaran air berikutnya memberikan kita kesempatan untuk melihat bagaimana keadaan sungai di depan dan memutuskan kelangsungan jalannya pengarungan.

Teknik pengintaian yang paling sering dilakukan dalam pengintaian adalah melihat bagian sungai di depan dengan berjalan melalui pinggir sungai. Kalau dalam trip perjalanan wisata, biasanya hanya pemimpin perjalanan saja yang melakukan kegiatan ini. Tapi bila dalam perjalanan ekspedisi sungai, biasanya keseluruhan anggota tim bersama melakukan teknik ini. Kegiatan ini berguna untuk menyepakati bersama, jalur mana yang dipilih oleh keseluruhan anggota tim. Titik mana saja diperlukan kesiapan anggota tim yang lain untuk mem-back up keselamatan anggota tim yang akan mengarungi jeram tersebut, menyiapkan rencana-rencana cadangan dan yang terakhir menyiapkan mental bila terkena bahaya di daerah tersebut.

Bagi para peminat kegiatan kegiatan arung jeram ekspedisi, bisanya mereka menandakan daerah-daerah yang berbahaya dengan marker-marker yang jelas terlihat mata. Biasanya dipasang bendera-bendera dipinggir sungai sebelum daerah bahaya tersebut. Agar dapat menjadi peringatan tanda bahaya dan disarankan melakukan pengintaian di titik tersebut.


sulung prasetyo s

bungee jumping

Bungee jumping atau yang dikenal juga dengan bungy jumping, merupakan salah satu olahraga pemacu adrenalin yang paling diminati. Bayangkan jika Anda dijatuhkan dari ketinggian ratusan kaki dari permukaan tanah dan berat tubuh Anda hanya di topang oleh seutas tali yang diikat di kaki maupun pinggang. Tetapi yang menarik dari olah raga ini bukan saat Anda melakukan lompatan, melainkan saat anda terpental kembali beberapa kali oleh tali elastis yang diikatkan tadi sampai energi tali benar-benar berhenti.

Kata bungee muncul sekitar tahun 1930 yang merupakan nama dari karet penghapus. Padahal dulunya, bungee dilakukan pertama kali bukan menggunakan tali karet, melainkan tali yang terbuat dari tanaman menjalar.

Chris Baker dari Bristol, Inggris yang terilhami cuplikan film buatan tahun 1950-an oleh David Attenborough dan kru BBC tentang "Penyelam Negri" Pulau Pantekosta di Vanuatu, yang menampilkan seorang pemuda yang melompat dari panggung kayu yang tinggi dengan tanaman menjalar diikatkan ke pergelangan kaki mereka sebagai tes keberanian; kemudian mengganti tanaman jalar menjadi karet elastis.

Pertama kalinya modern bungee ini dilakukan di Clifton Suspension Bridge, Bristol dengan ketinggian 250 kaki oleh 4 anggota dangerous sports club, yang dipimpin oleh David Kirke. Sayangnya sesaat setelah aksi itu mereka kemudian ditangkap. Tetapi kejadian itu tidak membuat mereka jera, mereka malah hijrah ke AS dan melakukan aksi-aksi menghebohkan di Golden Gate dan Royal Gorge Bridges yang kemudian menyebarkan konsep bungee ini keseluruh dunia. Bahkan pada 1982 mereka nekat melompat dari balon udara!

Operator bungee jumping pertama, A J Hackett yang berasal dari New Zealand melakukan lompatan perdana di Auckland's Greengithe Bridge tahun 1986 dan beberapa tahun berikutnya dia melakukan berbagai lompatan heboh dari berbagai jembatan bahkan struktur lain seperti menara eiffel. Inilah yang kemudian memunculkan cikal bakal bungge sebagai salah satu cabang olah raga dan juga menjadikan Hackett sebagai operator bungee komersial terbesar yang tersebar di beberapa negara.

Walau bahaya, bungee berada pada urutan tertinggi, tidak juga menghentikan jutaan lompatan yang berhasil dilakukan sejak 1980. Hal ini mengakibatkan operator bungee semakin ketat melakukan ritual-nya sebelum melakukan lompatan, seperti menyesuaikan berat badan dan panjang tali, bahkan kekuatan tali serta keelastisitasannya.

Sayangnya kecelakaan di olahraga ini cenderung aneh dan menakjubkan. Kecelakaan yang relatif terjadi adalah penggunaan tali yang terlalu panjang. Sebaiknya tali cukup lebih pendek daripada tinggi panggung loncatan untuk ruang merentang.

wiki/boo

climbing


Satu hal yang penting dalam melakukan pendakian adalah :

Kelengkapan sebuah alat dan kepercayaan diri kita terhadap keamanan alat tersebut, setelah semua itu terpenuhi langkah selanjutnya adalah bagaimana teknik yang harus kita kuasai dalam melakukan suatu pendakian. Berikut ini akan di jelaskan tentang bagaimana teknik-teknik yang lazim di gunakan dalam mendaki.

Teknik Mendaki :

  1. Face Climbing :Yaitu memanjat pada permukaan tebing dimana masih terdapat tonjolan atau rongga yang memadai sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Para pendaki pemula biasanya mempunytai kecenderungan untuk mempercayakan sebagian berat badannya pada pegangan tangan, dan menempatkan badanya rapat ke tebing. Ini adalah kebiasaan yang salah. Tangan manusia tidak bias digunakan untuk mempertahankan berat badan dibandingkan kaki, sehingga beban yang diberikan pada tangan akan cepat melelahkan untuk mempertahankan keseimbangan badan. Kecenderungan merapatkan berat badan ke tebing dapat mengakibatkan timbulnya momen gaya pada tumpuan kaki. Hal ini memberikan peluang untuk tergelincir. Konsentrasi berat di atas bidang yang sempit (tumpuan kaki) akan memberikan gaya gesekan dan kestabilan yang lebih baik.
  2. Friction / Slab Climbing :Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlalu vertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal diatas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik.
  3. Fissure Climbing : Teknik ini memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan yang seolah-olah berfungsi sebagai pasak. Dengan cara demikian, dan beberapa pengembangan, dikenal teknik-teknik berikut.